Kerajinan Topeng Malang

 


Topeng Malangan: Seni Tradisi dari Malang, Jawa Timur

0
23308

Malang Raya atau sering dikenal dengan wilayah metropolitan Malang, merupakan gabungan dari tiga wilayah, yaitu Kota Malang, Kabupaten Batu, dan Kabupaten Malang, dimana kota Malang sebagai pusatnya. Selain menjadi salah satu pusat kota pelajar di Provinsi Jawa Timur, Kawasan Malang raya dikenal juga sebagai salah satu tujuan wisata utama di Indonesia. Bentang alam berupa dataran tinggi, menyebabkan sebagian besar wilayah Malang Raya berhawa sejuk. Karena keindahan alamnya, Malang mendapat julukam Parijs van Oost-Java dan julukan lainnya adalah Kota Bunga. Wilayah berhawa sejuk ini, hamparan pohon apel tumbuh subur. Tak heran Malang dikenal sebagai penghasil apel, terutama di Kabupaten Batu.

Topeng Malang sebagai salah satu ikon dari daerah Malang

Sebagai destinasi wisata, Malang Raya tidak hanya menawarkan keindahan alamnya saja. Kota Malang juga memiliki banyak karya seni dan budaya. Salahsatunya adalah seni topeng. Menurut sejarah, salah satu pusat persebaran seni topeng di tanah Jawa, adalah di Malang, Jawa Timur. Indonesia memiliki banyak daerah penghasil seni topeng, sehingga penyebutan nama berdasarkan pada daerah penghasil seni topeng itu sebagai identitas hasil budaya tradisional setempat. Topeng yang dibuat dan berkembang di Malang, dikenal dengan sebutan Topeng Malangan.

Kesenian topeng sudah dikenal dan dimiliki oleh sebagian besar masyarakat di pelosok Nusantara dalam kurun waktu yang telah lama.Topeng dipandang bukan hanya sekedar benda seni saja, tetapi topeng dibuat pada mulanya sebagai penggambaran simbolis untuk menghormati roh nenek moyang. Dalam salah satu catatan sejarah, topeng telah dikenal sejak zaman kerajaan Kanjuruhan, raja Gajayana. Dikatakan pada masa itu topeng pertama terbuat dari emas dan dikenal dengan istilah Puspo Sariro, yang berarti bunga dari hati yang paling dalam. Topeng pada masa itu merupakan tradisi kultural dan religiusitas.

Sejarah topeng di Kedungmonggo, Kabupaten Malang, Jawa Timur sebagai salah satu dusun penghasil topeng Malang telah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Sayangnya ketepatan waktu tahun belum dapat dipastikan. Namun telah ada ketika Kabupaten Malang dipimpin oleh bupati Malang yang bernama Raden Sjarip bergelar Adipati Suryo Adiningrat pada tahun 1890an. Daerah-daerah tempat lahirnya topeng Malang yang masih dikenal di wilayah Kabupaten Malang di antaranya desa atau dusun Tumpang, Tulus Besar, Glagahdowo, dan Kedungmonggo. Sayangnya eksistensi topeng Malang di beberapa daerah tersebut sudah mulai surut. Sampai saat ini wilayah yang masih cukup eksis dalam pelestarian topeng Malang adalah Dusun Kedungmonggo yang merupakan salah satu dari kantong persebaran seni budaya topeng Malang dan dikenal sebagai dasar tumbuhnya topeng Malang.

Dusun Kedungmonggo terletak di Desa Karangpandan, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang. Terletak di sebelah selatan Kota Malang, kurang lebih 10 kilometer dari pusat kota. Secara geografis Dusun Kedungmonggo berada di kaki gunung Kawi. Dusun Kedungmonggo merupakan satu dari daerah pertumbuhan topeng Malang yang tergolong tua dan kuno di Kabupaten Malang. Hingga saat ini sudah mencapai kelima kelima. Di dusun inilah, terdapat sanggar seni Asmorobangun yang didirikan oleh maestro topeng Malangan, Karimoen.

Topeng Malangan memiliki ciri-ciri individual. Ciri khas terletak pada pemaknaan bentuk hidung, mata, bibir, warna topeng dan ukirannya. Untuk warna, topeng malang memiliki 5 warna dasar, yaitu merah, putih, hijau, kuning dan hitam. Dimana masing-masing warna berfungsi sebagai simbol dari karakter topeng atau tokoh yang diperankannya. Putih mewakili sifat jujur, suci dan berbudi luhur. Kuning menggambarkan kemuliaan. Hijau menggambarkan watak kedamaian. Merah menggambarkan angkara murka, licik atau bisa juga keberanian. Hitam menggambarkan. Ukiran atau ragam hias pada topeng Malang, biasanya berupa urna di bagian kening. Melati, kantil, teratai jamang, pada bagian dahi dan irah-irahan atau tutup kepala yang mewakili sifat kebangsawanan.

Beberapa karakter dalam Topeng Malangan

Pada topeng Malang, tokoh topeng Klana, biasanya diidentifikasikan dengan mata bulat, hidung empok, gigi bagian atas tampak, dan berwarna merah. Karakternya adigang-adigung, agresif, keras, lugas dan tegas.
Tokoh topeng Panji, diidentifikasikan dengan mata sipit, hidung mancung kebawah, gigi bagian atas tampak dan berwarna hijau. Karakternya suka bertapa, sakti, bijak dan baik budi.
Tokoh topeng Punakawan, diidentifikasikan dengan topeng tidak menutupi seluruh wajah, hanya separuh wajah dan berwarna putih. Karakternya lucu, cuek, dan bijaksana.
Tokoh topeng Putri, diidentifikasikan dengan mata sipit, hidung mancung ke bawah, gigi tidak tampak dan berwarna putih. Karakternya, lembut, rendah hati dan feminim.
Tokoh topeng Gunungsari, diidentifikasikan dengan mata sipit, hidung mancung kebawah, bibir tipis dan berwarna putih. Karakternya rendah hati, lembut dan agak feminim.
Tokoh topeng Sekartaji, diidentifikasikan dengan mata sipit, hidung mancung, bibir tipis dan berwarna putih. Karakternya, lembut, rendah hati dan feminin.
Tokoh topeng Ragil Kuning, diidentifikasikan dengan mata sipit, hidung mancung, gigi tidak tampak dan berwarna kuning. Karakternya lembut, tegas dan pemberani.
Tokoh topeng Bapang, diidentifikasikan dengan mata besar, hidung besar, gigi tampak atas dan berwarna merah. Karakternya sombong dan licik.

Jika dahulu topeng terbuat dari batu bahkan emas dan logam lain, saat ini bahan dasar pembuatan topeng adalah kayu. Kayu yang dipilih berasal dari pohon dengan spesifikasi khusus. Adapun peralatan yang dipergunakan untuk membuat topeng malang adalah gergaji, patuk lajeng, tatah, pengot, cat, kuas dan amplas. Gergaji digunakan untuk memotong kayu menjadi gelondongan. Patuk-lajeng digunakan untuk membuat bakalan / pola. Tatah digunakan untuk mengukir dan melubangi (lekuk-lekuk topeng), misalnya untuk membentuk mata, hidung maupun ukiran lain. Pengot digunakan untuk membentuk semuanya, yaitu membentuk karakter dan mengukir. Amplas digunakan untuk menghaluskan topeng agar ketika dicat mendapatkan hasil yang bagus. Cat dan kuas digunakan untuk proses finishing, yaitu memberi pewarnaan pada topeng sesuai dengan karakter tokoh topeng. Dalam proses penguraian topeng Malangan, pembuatnya tidak menciptakan sendiri wajah atau bentuk topeng, karena itu atau mencontoh bentuk topeng yang sudah ada. Para pengukir topeng Malangan pada umumnya adalah seniman yang memiliki kepiawaian tidak hanya sebagai pengukir topeng saja, juga penari topeng, bahkan ada juga sebagai dalang. Kemampuan membuat topeng Malangan biasanya didapatkan secara turun-temurun.

Tahap pertama dalam pembuatan topeng adalah memilih jenis kayu yang cukup tua agar saat diukir atau diraut tidak rusak karena memiliki struktur kayu yang lebih kuat. Kayu yang dipotong-potong gelondongan memanjang kurang lebih 20 sentimeter sesuai dengan ukuran topeng pada umumnya. Tahapan ini biasa disebut membuat bakalan. Bakalan kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di bawah pohon atau di bawah atap. Masing-masing potongan kayu kemudian dibuat pola atau digambar sebelum diukir serta dilubangi sesuai bentuknya. Pertama adalah membuat hidung, kelopak mata, baru kemudian mulut, tak terkalahkan dengan karakternya. Kemudian kayu digosok menggunakan amplas. Masuk pada tahap finishing, topeng yang sudah halus dicat atau diwarnai. Dalam pewarnaan topeng, terlebih dahulu menggunakan pewarna alami tradisional. Untuk warna putih menggunakan bubuk batu kapur / gamping atau injet. Warna merah menggunakan bunga sumbo keling atau pupus daun jati. Warna hijau dan biru berasal dari daun koro, sedangkan warna kuning dibuat dari kunyit. Warna hitam dari arang yang ditumbuk dan bersatu dengan minyak kelapa. Bahan pewarna tradisional tersebut memiliki kelebihan karena tidak mudah kotor kena debu atau keringat, dan mampu menampilkan ekspresi yang kuat.

Pada perkembangannya, ada beberapa perubahan pada topeng Malangan salah satunya dari segi fungsi. Dahulu topeng memiliki makna religius namun saat ini topeng Malangan banyak difungsikan sebagai bagian dari seni dan budaya. Topeng Malangan menjadi kompenen yang wajib ada dalam tari topeng dan lakon wayang topeng Malang. Wayang topeng Malang biasanya mengangkat lakon panji. Saat ini topeng produksi bukan hanya untuk kebutuhan seni pertunjukkan saja tetapi juga untuk dipasarkan sebagai sovenir khas Malang dengan berbagai ukuran.

Karimoen, atau yang dahulu akrab disapa mbah Mun sebagai seorang maestro topeng Malang adalah seniman sekaligus jagoan wayang topeng Malang. Beliau dihormati sebagai seniman topeng Malang yang telah menghidupkan, melestarikan, dan mewariskan topeng Malang, tidak hanya kepada anak keturunannya saja tetapi juga pada masyarakat lingkungan sekitarnya. Berkat kegigihan beliau untuk melestarikan topeng Malang, berdirilah sanggar Asmorobangun di Dusun Kedungmonggo. Keberadaan sanggar ini masih eksis hingga saat ini jejak karya budaya sang maestro.

Anak-anak sedang berlatih tari di Sanggar Asmorobangun di Dusun Kedungmonggo

Kini setelah sepeninggal Mbah Mun ketokohannya diteruskan oleh Suroso dan Tri Handoyo yang terus berupaya untuk tetap melestarikan dan mengembangkan topeng Malang. Hampir setiap hari selalu ada aktifitas di sanggar untuk membuat topeng Malang. Setiap satu bulan sekali, tepatnya malam Senin Legi, digelar pertunjukkan wayang topeng Malang.

Topeng malang identitas masyarakat Kedungmonggo, berfungsi sebagai sarana ritual, topeng malang kedungmonggo juga memiliki fungsi ekonomi. Hal ini dapat dilihat dengan aktifitas perajin topeng saat ini. Mereka tidak hanya membuat topeng untuk keperluan ritual atau pergelaran saja, melainkan juga memproduksi topeng Malang untuk pesanan sebagai souvenir dengan berbagai ukuran dan bentuk. Fungsi sosial dari topeng Malang juga terlihat ketika digunakan dalam wayang topeng untuk memeriahkan sebuah hajatan yang bersifat kekerabatan, gotong-royong, dan kebersamaan. Topeng Malang merupakan kesenian peninggalan nenek moyang yang tumbuh dan hidup di lingkungan masyarakat Malang. Selain berfungsi sebagai hiburan, kesenian ini sarat dengan nilai-nilai luhur yang merupakan aset bangsa yang perlu dilestarikan.

Posting Komentar

0 Komentar